Setelah tiga bulan menikah aku
harus berpisah dengan suamiku untuk waktu yang bisa dikatan lama yaitu satu
tahun dan jarak yang begitu jauh , karena aku harus melanjutkan studi S2 ku di
University of Aberdeen, UK. Memang, jarak yang begitu jauh ini memisahkan aku
dan suamiku dalam segi fisik namun dari sisi “ hati” sedikitpun tak memberi
jarak diantara kami berdua. Hanya saja, rasa rindu yang kadang tak mampu untukku
bendung.
Hari ini aku duduk sendirian
dikamarku yang berukuran 2 x3 m. Aku duduk diatas kursi empuk yang disediakan
pemilik flat sebagai kursi belajar. Suasana diluar begitu dingin diikuti dengan
angin yang menusuk sampai ke tulang, walaupun ini hanya persaanku saja, karena
kata orang yang sudah lama di sini, ini belum seberapa karena masih musim
panas. Memang, mentari bersinar cerah namun aku merasa begitu dingin. Begitulah
Aberdeen, salah satu kota yang terletak di Inggris Utara, kota yang letaknya
dekat dengan pantai ini begitu dingin dan berangin berbeda sekali dengan tempat
tinggalku di Kalimantan Barat Indonesia, yang memiliki panas menyengat.
Sudah berhari-hari aku tak
membuka laptop karena aku masih jet lag dan pagi ini aku sudah mulai bisa
beradaptasi dengan waktu disini sehingga aku tidak tidur sepanjang waktu lagi
dan aku berkeinginan untuk membuka memori yang aku buat bersama suamiku selama
kami menikah. Perlahan kutarik laci meja kamarku dan kuambil hardsik yang
merupakan pemberian suamiku di dalam laci meja, dengan segera kubuka
folder-folder yang berisi video dan foto-foto kami. Tak sanggup kubendung air
mataku , mengalir begitu hangat terasa dipipiku. Saat membuka file-file itu aku
merasakan aku sedang bersamanya, bercengkrama, bersenda gurau bersama. Namun,
setelah selesai melihat nya satu per satu, aku merasa kehilangan lagi dan aku
harus menerima kenyataan bahwa di kamar ini hanya aku sendiri.
Lebih lebih lagi di hari-hari sebelumnya, setiap terdiam
sendiri, usai mengobrol dengan teman satu flat , aku langsung membayangkan
suamiku, teringat raut wajahya, sambil bertanya-tanya dalam hati sedang apa dia
sekarang,dimana, sudah makan atau belum suamiku, sedang sendirian atau bersama
teman-temannya, masak apa dia hari ini, banyak atau tidak makannya, rasanya aku
ingin tau selalu.
Alhamdulillah, zaman yang serba
canggih sekarang aku dapat mengetahui aktivitas suamiku walaupun itu tetap
berbeda rasanya melihatnya langsung. Hampir tiap saat aku berkomunikasi dengan
suamiku melalui beberapa sosial media seperti whats up, bbm, instagram , maupun
facebook. Tak jarang kami juga melakukan panggilan video dan saling mengirimi
gambar.
Hanya saja, komunikasiku sejauh
ini sangat bergantung dengan internet.
Mau tidak mau harus merogoh puluhan poundsterling untuk membeli paketan
internet. Kalau suamiku, dia biasanya menggunakan wifi kantor dan kalau mati
wifinya suamiku pakai paketan yang di hpnya. Kadang kalau kurang lucky, sinyal
hilang dan hilang kabar berjam-jam dan kami tak bisa menghubungi satu sama
lain. Biasanya aku sudah tau, mungkin lirtrik padam atau gangguan signal dari
provider kartu untuk internetan. Itulah sedikit kerikil kecil berkomunikasi
antar negara.
Selain itu, adanya perbedaan waktu kurang lebih 6 jam
membuat kami harus pandai-pandai mencari waktu yang tepat jika ingin melakukan
panggilan biasa atau video call. Biasanya aku menelpon suamiku seusai sholat
subuh disini yaitu sekitar jam 4 an, tak jauh berbeda dengan waktu sholat di
Indonesia, hanya saja, waktu di Indonesia sudah menunjukan pukul 10 pagi. Jam
segitu suamiku sedang berada di kantor . Nah, menjelang siang disini aku dan
suamiku kadang juga berkomunikasi di jam jam ini, karena ini adalah waktu
suamiku pulang kerja sekitar pukul 4 sore.
Untuk malam hari nya, baik masih di kantor ( sedang lembur) aku menelpon
suamiku karena sinyal wifi di kantor nya
cukup bagus untuk melakkan panggilan video. Biasanya, menjelang tidur kami juga
saling telponan yaitu sekitar jam 5 an waktu di UK dan jam 11 malam di
Indonesia.
Jika sudah larut malam diatas pukul 11 ,tak
jarang suamiku sampai tertidur ketika kami sedang melakukan video call. Aku
memakluminya, hal itu karena mungkin matanya lelah setelah seharian menatap
layar monitor di kantor dan harus berkutat dengan angka angka serta harus
menyusun laporan yang seabrek.
Mataku berkaca-kaca setiap kali
melihat wajah suamiku yang tampak lelah. Ingin rasanya aku mengusap ngusap
wajah dan menopang kepalanya ke dalam pangkuanku. Tapi apalah daya, jarak
begitu jauh memisahkan hingga waktupun ikut ikutan memisahkan. Kuraba layar hp
dan membayangkan seakan akan aku membelai suamiku, untuk saat ini itu sudah
cukup bagiku untuk membayar rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar